Jakarta, 18 Desember 2015
23.18
Aku bersyukur, telah hidup hingga sekarang. Aku berterima kasih, pada takdir yang tlah membawaku ke bumi. Melihat langit dan hujan yang aku suka, merasakan secangkir kopi, ice cream, dan nasi goreng Ibu serta tempe goreng Bapak. Mendengar lantunan rangkaian nada Piano dan suara Tulus. Merasakan tuts orgen yang kusuka dan belum lanjut kuselesaikan. Mengenal banyak rasa, senang, sedih, marah, terharu, menyesal, bangga, dan lainnya.
Kau tau....aku bahagia telah terlahir di dunia. Di bumi. Di Indonesia. Di tengah keluarga Agus Sutopo.
Perjalanan hidupku tidak pernah mudah, jika kau bercerita karena kau dikucilkan teman teman, sebelum kau hendak bercerita aku sudah pernah alami. Atau kau kesal karena keluar masuk ruang BK karena kau bermasalah, akupun pernah mengalaminya. Atau kau merasa tertolak dunia, karena tak ada yang bisa kau tawarkan atas kelebihan dirimu, akupun sudah pernah merasakannya. Atau hal lainnya, saat kau kalah dalam lomba dimana semua berharap Padamu, aku tau bagaimana rasa tertekan dan malunya saat kau kalah. Atau kau ingin bertanya mungkinkah aku tidak pernah tertolak pria, secara kau lihat semua serba sempurna. Aku pernah merasakan, rasanya saat lelaki yang kau suka sejak lama lebih memilih teman sebangkumu, atau diduakan saat pertama kali aku memutuskan menjalin hubungan. Atau saat kau berusaha dekat dengan seniormu, setelah perlakukan dinginnya padamu. Atau saat kau berusaha mengembalikan seseorang yang telah pergi..tapi kau tidak berhasil.
Banyak hal hal yang menjadikan ku mengerti dan belajar, untuk menjadi lebih dan lebih dari sebelumnya. Dulu saat aku tidak memiliki teman, aku berfikir untuk pintar. Mungkin aku akan memiliki teman banyak jika aku pintar. Aku belajar dan selalu mendapat peringkat pada masa itu. Memang benar aku memiliki banyak teman. Dan aku mengambil hipotesis bahwa kau harus memiliki nilai jual untuk mendapat banyak teman. Dan kepintarannya membuat guru guru tidak terlalu mempermasalahkan masalah yang sering kau buat.
Lalu saat selanjutnya aku sedang di masa masa malas untuk belajar. Malas sekolah, sehingga saat masa itu aku tidak mendapat peringkat apa apa. Merasa dihilangkan dari daftar teman di lingkunganmu, karena tidak ada yang bisa kau jual pada mereka. Dari itu aku belajar mengenal siapa teman yang benar benar teman.
Saat masa itu, masa kemalasan ku untuk belajar. Aku menyukai Senior lelakiku, aku berusaha dekat. Huh kau harus tau bagaimana sulitnya aku mencari topik agar ia mau membalas pesanku lebih dari dua suku kata. Dan aku mendapatkannya, mendapatkan perhatiannya, mendapatkan ke seruan yang adalah dia sesungguhnya, mendapatkan balasan cepat bahkan lebih panjang dari balasan yang kuberikan. Kufikir senior lelaki itu mulai menyukai, tapi ia hanya menganggapku teman yang seru. Apa kau berfikir aku menyatakan duluan? Haha tidak! Aku mencari tau informasi dari berbagai hal, ternyata wanita itu teman sekelasnya. Ia cantik, modis, baik, dan pintar. Aku belajar hal lain... Aku membutuhkan kepintaranku dan laki laki suka wanita modis dan anggun yang enak dipandang
Hal lainnya, aku pelajari saat menjelang tahun kelulusan. Saat itu aku baru pertama kali merasakan, benar benar menyukai laki-laki. Berjuang seseorang kembali dan mengikhlaskan adalah kedua hal yang sulit dilakukan. Aku belajar, untuk mencintai orang selagi mereka ada. Karena yang sudah pamit pergi, akan tak mudah diajak kembali.
Jika menulis adalah terapi hati, mungkin itu benar. Banyak orang berbeda melakukan perenungan dalam hidupnya, aku melakukan perenungan ku sendiri melalui menulis. Melalui ketikan ku pada setiap alphabert yang ada pada layar Ponselku. Banyak hal yang merubah ku hingga saat ini. Pengalaman menjadikanku potongan mozaik yang akhirnya mampu membentuk diriku sesungguhnya. Kau tau, aku hanya boleh tertolak 2 kali. Teman sekelasku, dan kamu. Aku hanya boleh kalah saing 1 kali dengan seniorku. Aku hanya boleh 1 kali mengalami tidak memiliki teman. Aku hanya boleh 1 kali tidak diharapkan karena tidak memiliki hal menarik yang ditawarkan.
Tidak lagi ada penolakan. Karena diriku adalah baru. Karena aku, adalah wanita yang kehadirannya tidak diabaikan, aku adalah wanita yang tidak akan pernah tertolak. Aku tidak akan memutuskan mendekat lebih jauh atau bertindak hal hal bodoh lainnya.
Tidak ada lagi aku yang dulu. Karena aku merasa berhasil atas pencapaian hidupku atas target target yang mulai tercoret tanda terselesaikan.
Edang Rachmawati