Seenaknya saja berlaku sebagai manusia. Menjadi tumbal agar ‘diri dan temannya’ tidak kesulitan, biarkan saja Endang masih muda. Biarkan saja, saya yang lebih tua. Biarkan saja dia baru menjadi guru.
Semuanya menjadi seenaknya. Tak berguna bahkan saat kau punya kocokan yang menjadi bukti. Bahkan menuduh saya yang V-A dan dia V-B sesuai kelas. Padahal sudah ada buktinya.
Menjadi diminta ini itu untuk dibuatkan, tapi berlaku dengan kekuasaan seenaknya saja. Diminta pendapat tapi belum diberikan sudah keluar pembagian ke orang tua. Tanpa perlu dipastikan kedua belah pihak maunya bagaimana. Pendapatmu tak berguna.
“Harusnya kau bisa bicarakan dengan baik.”
Haha saya pengecut untuk itu. Terlalu emosional untuk mengatakan keresahan takut menyakitkan takut terlihat saya benar marah. Sulit. Saat saya merasa disini lebih baik, saat saya merasa sudah bisa berteman tanpa perlu berfikir buruk kemunafikan dan lainnya. Ternyata saya salah. Menjadi penakut untuk kembali maju dan terbelenggu dengan kesendirian saja. Saya tidak butuh mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beerkomentarlah dengan bijak