Senin, 26 April 2021

kamu seharusnya paham.

Kamar, 26 April 2021

23.31


Kamu tau, saya tidak suka bahas mereka tapi kamu selalu bertanya dan membahas.

Kamu tau, saya mudah marah tapi kamu menjadi api bukan air. 

Kamu tau, dan kamu lakukan itu! 


Saya tau, saya sering lamban untuk kamu yang tepat.

saya tau, saya sering merepotkan untuk kamu yang simple.

Tapi jika bahkan kamu melakukan yang sudah berkali kali saya bilang tidak suka, untuk komunikasi dan obrolan seperti tak ada lagi. Melakukan yang sudah saya bilang saya tidak suka, sial. 

Sesekali. Tapi kamu sering! 

Jika untuk emosi saya kamu tidak bisa menjadi air, lalu bagaimana?

apakah saya pernah menjadi api untuk marahmu pada manusia dan keadaan? 

Tolonglah banyak yang baik di saya juga. Kenapa dari mulutmu saya tidak ada baiknya, Hah?!

Kamis, 22 April 2021

Berkali Menyerah

22 April 2021

23.01


Rasanya mau mati, 

saat olahraga. 

Rasanya mau mati, 

saat tahan jajan dan harus makan sehat.

Rasanya juga mau mati,

saat berusaha solat awal waktu dan rawatib.

Lebih mau mati rasanya, 

saat harus terjaga setelah sahur untuk Tahajud dan menunggu Subuh. 

Semuanya. Ingin mati rasanya. Bukan seperti yang nyaman selama ini. 


Tapi..

Tubuh yang semakin berbentuk saat melihat cermin.

Jiwa yang semakin dekat dan nyaman dengan Allah.

Rasa yang membuat saya seperti mau mati berkali kali saat memulai, sudah menunjukkan perubahan lebih baik.

Dan untuk jiwa yang selalu marah, ayo jadilah tidak nyaman dengan menjadi sabar. :) Bissmillah.




Selasa, 13 April 2021

Untuk temanku Fatimah (Catatan Daarul Tauhid #5

Bandung, 23 April 2018

14.35

    Wahai ukhti yaa Fatimah, tetaplah tersenyum walau seluruh dunia membencimu. Tetaplah tertawa walau kau temui manusia tidak sebaik dirimu, walau yang kau temui kelak manusia baik bertopeng ganda. Hiduplah sesuai mimpimu. Semau ingin mu. Ada keluargamu dan aku yang akan selalu mendukungmu. 

Catatan Daarul Tauhid #4

Bandung, 22 April 2018

14.25

    Hangatnya kota Bandung, sehangat bajigur di malam kemarin. Pagi. Siang. Malam. Yang selalu ramai. Macam jenis manusia ditemukan, penjual cilor yang selalu tersenyum, kebaikan manusia merapihkan sandal, tidak perlu banyak tau cukup Allah. Minimarket yang selalu tutup pukul solat. Kajian pagi, senja, dan malam. Banyak manusia baik disini. Daarul Tauhid. Aku ingin kembali. 

Ikhlas Catatan Daarul Tauhid #3

Bandung, 19 April 2018

10.10

    Ikhlas. Sebenar-benarnya aku belajar mengikhlaskan untuk kehilangan. Mendoakan terbaik dan agar bermanfaat. Sandal. Sangkaku benar-benar hilang. Berjalan tanpa alas hanya kaos di kaki. Dingin. Kotor. Seperti inikah tanpa alas ?

    Menjadi pasrah untuk segala hal. Dan aku temukan kembali di tempat lama. Basah. Mungkin ia hanya mampir sebentar di kaki lain. 

Aku ikhlas. Allah kembalikan.

Catatan Daarul Tauhid #2

Bandung.

21.45


    Satu persatu menghilang, satu persatu berpulang. Dulu kami 26 tersisa 24.semua pergi dengan masalahnya sendiri. Apakah ini takdir-Mu atau akibat salahnya masa lalu yang melumuri mereka dengan dosa dan payah dihilang percuma mesku mereka telah berdoa ? Meski sudah bertaubat. 

   Elis. Aku memanggilnya ‘kak’ ia seperti ibu dan teman. Kita satu almari dan satu atap untuk hari-hari hingga hari ini.

     Elis. Seperti tidak ada duka, ia tertawa. Selalu. Dua kali dia menangis dan hari ini aku ikut menangis bersamanya. Berdua. Berpeluk lama. Tidak bertemu pada hari kemudian. 

    Elis. Tidak ada baju, guling, selimut, yang menumpuk, kamu benar membawa semuanya pergi ‘Kak’. Semoga pernikahanmu baik-baik saja. Semoga ibumu cepat sehat. Semoga Allah selalu menjagamu.

Semoga kamu bahagia, Kak. 

Catatan Daarul Tauhid

Bandung, 18 April 2018


H-16 menuju kepulangan. Aku belajar untuk menundukkan pandangan. Kamu ada bersama dengan kepalaku mengangkat. Aku melihat dan berharap menjadi semakin banyak. Maukah kau datang dengan sebuah senyuman ?

Selasa, 06 April 2021

Rindu.

6 April 2021

20.29


Setiap hari saya rindu. Melihat yang serupa saya, rindu saya mengudara. Dan malam ini saya lebih sangat merindu. Manusia yang ada saat saya baru di dunia bahkan saat ibu mengembara. Manusia yang segala resah dan sedih menjadi peluk, dan buaian di kepala. 

Saya suka membenamkan wajah di peluknya, mencium aroma minyak angin khas, dan telapaknya yang mengelus punggung kepala. Terakhir. Saya pernah dan masih terasa, saat ia tau saya menangis di sampingnya. Ia mengelus punggung kepala, dengan selang infus di tangan. 

Sudah hampir kembali Ramadhan dua kali tanpanya. Biasanya saat Ramadhan saya menata dan menempatkan barang hingga malam, ia duduk dan mengamati. Saya meracik kopi susu kesukaannya, sambil sesekali usil latah dan kita minum bersama. Dengan tahu atau singkong goreng kesukaannya. 

Sekarang, tidak ada. Yang menemani dan mengamati saya membereskan rumah. Bahkan hingga sekarang, saya belum membuat kopi susu kembali. Sepi dan saya sangat merindukannya. 

Banyak hal yang saya sesalkan. Seharusnya, saya menikah dua tahun lalu saat dia sehat. Manusia yang paling ingin melihat saya menikah tapi kalah oleh kuasa Tuhan. Seharusnya saya bersikap lebih baik, tidak kesal karena tidak mampu mendengar atau mengatakan berulang. Seharusnya saya ada, dan tidak sakit saat saat akhir. Seharusnya saya lebih baik lagi. 

Untuknya, masih banyak yang ingin saya lakukan , tapi Nyai kalah oleh kuasa Tuhan. 

Hidup di Jakarta Akhir akhir ini

Jakarta, 10 Juli 2025 17.22 Hidup di Jakarta akhir-akhir ini kenapa menjadi seperti ini. Udara yang semakin memburuk membuat saya malah terk...