Sabtu, 28 Desember 2024

Menjadi Kesepian Setelah Menikah

Jakarta, 28 Desember 2024

18.35

Setelah menikah saya sering merasa kesepian. Wahyu yang senang bekerja, dan saya dirumah dengan aktivitas menunggu kamu pulang. Menunggu setiap harinya, bahkan sepulang kerja pun saya menunggu kamu pulang hingga ketiduran.

Perasaan kesepian ini muncul kembali ke permukaan, sepanjang jalan di motor sore ini saya rumitkan. Segala rasa rumit marah dan sedih, harus segera dideskripsikan. Sudah seminggu terlewat saya libur semester ganjil, 5 hari ditinggal kerja rutin, dan akhir pekan juga. Doa saya memang ingin suami pekerja keras dan rajin, tapi saya lupa berdoa untuk menyiapkan hati untuk rasa sepi karena ditinggal bertubi-tubi. Kamu masih di kota sama hanya berjarak 1 jam karena kemacetan, tapi aku sudah gelisah dan sedih tak karuan. Bagaimana jika nanti ke Maluku kamu ditugaskan ? Dengan kehidupan selanjutnya yang menjanjikan, apakah saya akan kuat menunggu kamu lebih lama di kota berbeda ?

Perasaan negatif yang bahkan jika saya sampaikan, pasti akan ribut dan tertolak akhirnya. Segala hal jawaban yang sudah dideskripsikan, semua karena saya yang tidak pengertian. Sejak kecil selalu ditinggal, tapi tak pernah sendirian selalu ada manusia di rumah yang menunggu saya datang. Dunia saya ramai. Saya tidak pernah sesepi ini rupanya, walaupun ada Reesa. Bahkan saya harus menciptakan kegiatan kita agar liburan saya tetap menyenangkan, tidak menunggu kamu terus setiap saatnya.

Kamu bilang saya cuek dan sibuk sendiri akhir akhir ini, saya hanya sudah terbiasa 3 tahun untuk menunggu dan tidak banyak mengganggu. Kamu mau aku untuk selalu menempel dan menghampirimu? Bahkan kamu tidak banyak begitu. Saya juga merasa bahwa kehadiran kamu menjadi tidak semeriah sebelumnya, cinta saya bosan rupanya.

Dan sekarang saya juga masih harus menunggu. Semua punya hidupnya sendiri yang diperjuangkan, kamu dengan kerja agar hidup kita menjadi lebih baik, dan aku harusnya berjuang untuk anak di rumah. Kita sama sama berjuang seharusnya.

tapi rasa kesepian dan ingin selalu dimengerti ini lebih menguasai diri rupanya.

Selasa, 24 Desember 2024

Menjadi Sangat Melelahkan Rupanya.

Jakarta, 24 Desember 2024

21.12

Menjalani hidup jadi manusia akhir-akhir ini menjadi semakin rumit dan tidak mudah, terlebih menjadi kuning di antara merah. Berbeda sangat melelahkan. Hidup di lingkungan yang dirinya saja sudah rumit dan problematika. Pola pikir yang bahkan saya terka pun tak masuk pikir saya rupanya. Menjadi manusia yang bodo amat yang bahkan menutup segala akses terhadap sekitar. Senang dianggap baik tapi ternyata mereka tau celah saya, dan berbuat seenaknya.

Untuk di tahun depan, saya akan menjadi sedikit untuk berbagi, mereka tak perduli dan semakin iri hati. Tidak lagi oversharing bahkan di sosial media. Menjadi tertutup dan berbagi hanya pada keluarga inti. Menjadi lebih tanggung jawab terhadap tugas sendiri (Pembina UKS). Lebih disiplin dan datang pagi 6.15 sudah sampai maybe? Hehe. Itu saja mungkin untuk saat ini. Dan oh iya LEBIH HEMAT !! Lebih banyak menabung.

Semoga 2025 menjadi lebih bersahabat dan menyenangkan. Semoga saya bisa semakin kuat di lingkungan yang problematika seperti ini. Semoga segala hal dipermudah ❤️

Sabtu, 21 Desember 2024

Tangis Pagi dan Tafsir Kami yang Berbeda

Jakarta, 21 Desember 2024

22.40

Mama sedih, Caca ee nya nde (gede)”Ucap Reesa di usia 28 bulannya.

Tepatnya tadi pagi, kami sedang bersiap siap pembagian rapor. Reesa dan mama sudah mandi, mama sudah rapi dan Reesa kentut. Karena sudah tidak pakai popok, kecuali malam mama langsung bawa ke kamar mandi. Tapi Reesa enggan jongkok, maunya berdiri dan keluar dari kamar mandi. Mama kesal dan tidak sabaran. Akhirnya kita keluar dari kamar mandi. Tidak lama setelah itu, tiba tiba Reesa pup di depan kamar, saya kesal dan marah. Akhirnya saya pun menangis. Sangat menangis karena sangat kesal, marah, dan seluruh perasaan negatif. Tiba-tiba Reesa juga ikut menangis, dan memeluk saya. Dia tidak tau bahkan menangis kenapa, yang dia tau dia sedih mama nya menangis. Saya menangis sampai benar-benar habis, habis seluruh perasaan negatif dan Reesa tetap memeluk mama.

Bayi mama kenapa kamu baik dan empati sekali, Nak ? belum usiamu untuk ikut merasakan sedihnya mama.

Saya menangis karena rasa kesal pada Reesa sejak semalam yang tingkahnya ada - ada saja dan rasa sedih mama yang tidak sabar untuk Reesa.

Setelah itu kita menjalani hari dengan biasa, menerima rapor, makan ice cream, tidur, makan, bermain, semua dilakukan bersama Reesa. Dan sebelum tidur, tiba tiba Reesa berucap demikian dengan wajah sedihnya. Ternyata ia masih mengingatnya, ternyata ia masih merasa, dan rasa sedih serta tangis mama yang ia mengerti karena dia ee nya gede.

Padahal tidak seperti itu..

Tiba-tiba menjadi sedih karena manusia kecil ini harus menyalahkan dirinya, ditangis mama yang sedang menyalahkan dirinya pun karena tidak menjadi sabar untuknya.

Kamis, 21 November 2024

Seharusnya Tidak Saya Percaya Sejak Awal

21 November 2024
15.43

Berkali - kali saya dihancurkan oleh manusia. Dunia saya sudah sedikit tidak menyenangkan. Manusia-manusia sial ini.

Akhir-akhir ini dunia saya sedang sesak menyebalkan. Terlebih hari ini, untuk segala sesak yang saya fikirkan adalah ibu. Saya mau cerita sama ibu secepatnya. Manusia benar-benar jahat, Bu.

Untuk manusia yang saya merasa kita akhir-akhir ini dekat, menyerang saya di forum. Mengatakan untuk semua, tapi tersirat ke saya. Mengungkap keresahan bahwa gajinya berbeda, dan harusnya kaum saya yang melaksanakan tugas itu. Bukan untuk menyudutkan satu pihak, tapi anda tau dan semua tau tersisa saya!

Bahkan paginya Anda mengatakan bahwa merasa iba saat saya hampir menangis hari itu, ingin menggantikan, dan sekarang anda yang mengeluhkan penetapan itu kenapa bukan kaum saya. BUKAN SAYA KAN MAKSUD ANDA ?!

Jika maksud dan mau Anda seperti itu, tidak seharusnya Anda mengatakan itu paginya. Tidak seharusnya Anda bersikap seolah mendukung keputusan saya. Tidak seharusnya Anda berpura-pura mengerti dan peduli dengan saya, yang dengan Anda saya sudah percaya. Anda tau itu!

Keputusan untuk tidak percaya dengan manusia-manusia ini adalah keputusan tepat sejak awal. Tidak lagi untuk terjebak pada kebaikan yang terlihat dan saya terlena. Tidak ada yang bisa saya percaya disini. Bahkan untuk menjadi teman kalian tidak anggap saya demikian.


Rabu, 13 November 2024

Masih Sama

22.54

Sejak 20 dan 14, hingga sekarang. Saya masih sama menulis segala hal, seluruh sampah, yang bahkan hanya ibu dan Wahyu yang mampu menenangkan marahnya saya, dan khawatirnya pada keadaan di dunia saya. Selain itu.. hah.
Mereka hanya ingin didengarkan, dimengeri bahwa masalahnya adalah yang paling rumit dan menyedihkan. 

Semakin dewasa, semakin sulit menemukan kecocokan. Dan akan kembali pada teman lama. Untuk manusia seperti saya, bahkan yang kalian kenal itu bukan saya. Endang yang bodo amat sama masalah, Endang yang pendiem, Endang yang sulit diajak ngobrol, Endang yang tertutup. Endang yang sabar. Endang yang pengertian haha.

 Bahkan untuk segala hal yang bahkan saya tidak tau, teman lama saya tau. Endang yang aneh seperti Patrick, Endang yang suka daging, Endang yang tangki cintanya penuh dan menghangatkan. Endang yang cerewet. Endang yang mudah hilang senang. 

Yang lain boleh hilang, tapi kalian jangan.. 

Rumitnya Isi Kepala Wanita Seperti Saya

Kamar, 13 November 2024
22.39

Setelah lewat pukul malam, hingga sepi menjelang. Saya masih mengatasi rumit dan berisik otak ini. Tanpa kafein seharian, tak menjamin otak ini tetap terjaga bahkan saat tubuh sudah ingin direbah.

Untuk manusia yang sering alpha pada Tuhannya, tersadarkan pada satu hal. Jadi manusia capek, apalagi hidup bersama manusia. Dunia adalah hal yang tidak dapat diprediksi. Untuk manusia seperti saya yang hidup sesuai takdir maunya gimana, sepertinya akan sangat berat jika tidak ada istirahat untuk batin saya. 

Seperti dua minggu ini, dari murid bertengkar hingga orang tua turun tangan dan melibatkan banyak pihak, sejak saat itu saya sudah tak enak rasa untuk tetap menjadi guru mereka. Guru yang sama, ikut bersua setiap saya mengajar. Anak sakit, dan sekarang setelah tidak masuk semua jadi dipermasalahkan. Menjadi diwajibkan surat untuk ketidakhadiran. Dan semua melelahkan. Semua rumit, untuk hidup saya yang ingin menikmati gaji. Semua terlihat menyebalkan, mengapa tidak bisa tenang saja. Untuk manusia seperti saya yang tidak ingin terlibat pada segala hal. Hingga saya merasa lelah dan muak. Dan mencapai titik pemahaman untuk segala hal di bumi yang tidak bisa diprediksi, saya butuh Tuhan untuk menguatkan dan menenangkan otak dan hati saya, hidup bersama manusia manusia ini.

Saya butuh kekuatan, dan saya butuh Tuhan saya.

Kamis, 31 Oktober 2024

Saya Adalah Wanita Itu

Jakarta, 31 Oktober 2024
11.15

Saya adalah wanita itu. Wanita yang meromantisasikan segala hal. Semua yang diamalinya, semua yang dirasakannya, semua manusia yang menghangatkan hatinya, dan semua yang bahkan untukmu itu berlebihan. 

Saya adalah wanita itu. Setelah membaca kembali tulisan lama, perasaan saya mengudara kembali ke masa-masa itu. Manusia yang sejak usia-16 telah  abadi dalam tulis saya. 

Saya adalah wanita itu. Wanita yang kembali menemukan dirinya. Wanita yang kembali menjadi dirinya, setelah menjadi ibu dan menjadi istri di dunianya. 

Saya adalah wanita itu, yang dengan terlewat nya waktu, diri saya tetap abadi disini. Setelahnya saya akan kembali rajin menulis, agar hingga usia lebih pun saya menjadi tetap untuk berkali-kali diingat.

Saya adalah wanita itu, wanita yang tetap suka hujan, kopi, dan kue manis. Wanita yang menjadi suka dengan hidupnya menjadi manusia. 

Saya adalah wanita itu, setidakmenyenangkan apapun hidupnya, serumit apapun otaknya, serapuh apapun hatinya, tetap memiliki dirinya sendiri. Wanita itu tidak sendiri. Ia memiliki hidup dan dirinya yang menemani. 

Wanita itu akan terus melanjutkan hidupnya, walaun dengan cacian di tulisnya dan makian di otaknya.

Rupanya Takdir Masih Bermain Peran untuk Kita

31 Oktober 2024
08.19

"Jika ditakdirkan untukmu, seberapa keras kau menghindar akan tetap dipertemukan . Namun jika tidak ditakdirkan untukmu, bahkan di satu tempat yang sama pun kau tak akan bertemu."

Benar ucapnya, terang adanya. Bahkan jika awalnya adalah kamu yang seharusnya datang dan tiba-tiba bukan kamu akhirnya. Sebegitu keras takdir berupaya untuk kita tidak bertemu rupanya. Memang benar adanya, bahkan dari awal takdir memang sudah bermain peran di kehidupan kita berdua rupanya.

Kita dipertemukan karena masanya, dan masa itu sudah selesai.  Benang merahnya sudah terputus, bahkan di tempat yang sama pun, takdir tidak mengizinkan kita untuk bertemu.

Kamis, 01 Agustus 2024

Saya Rasa Tidak Akan Ada

Jakarta, 1 agustus 2024
16.57

Saya rasa tidak akan ada yang mencintai saya seperti kamu. Setelah jaitan pasca abses yang bahkan saya saja merasa sudah sangat jelek. 

Jadi, jika nanti kamu sudah tidak mencintai saya dan mencintai wanita lain, jika nanti kamu sudah tidak mau dengan saya, bahkan untuk badai terakhir yang membuat kamu sudah tidak mau bertahan, dan memilih lepaskan. Tak apa. Saya tidak akan bertahan karena alasan anak. Bertahan dengan semua luka lebam yang jika kamu timbulkan, saya tidak memilih bertahan.

Saya akan membebaskan kamu, dari diri saya. Dan saya ? Akan hidup dengan diri saya yang tersisa tanpa orang baru. 

KOMITMEN

Jakarta, 1 Agustua 2024
16.35

Dua hari ini perasaan saya sedang tak enakan, apakah karena kurang tidur atau memang ada yang diresahkan. Sepertinya memang harus dikeluarkan, agar tak menjadi masalah karena pelampiasan. Atau juga karena terlalu banyak kafein dan kurang asupan gula, hinga saya menjadi tak karuan.

Jika hubungan saya kali ini tak berakhir selamanya, atau akan ada badai yang benar-benar memisahkan, saya pastikan itu bukan karena saya yang tidak bisa menjaga perasaan. Bertahan dengan segala yang terbaik bisa saya lakukan. Menjaga hati karena janji. 

Untukmu, saya bukan manusia yang akan bertahan karena anak. Hingga babak belur tak karuan, dan luka lebam perasaan, dengan bodohnya tetap bertahan. Jadi, jika nanti ternyata ada badai yang menghancurkan kita, kupastikan bukan dari saya penyebabnya. Karena itu akan menghancurkan karier saya.

Saya akan bertahan, dan menjadi pasanganmu dengan versi terbaik saya. Dengan segalanya saya akan tetap mencintaimu, sampai keadaan kita tak baik-baik lagi, dan sekali lagi  dipastikan itu bukan saya penyebabnya.

Jika kelak hal buruk itu terjadi, waktu saya sembuh akan sangat lama. Bahkan untuk memulai kembali komitmen dengan orang baru akan membutuhkan waktu sangat lama. Karena saya akan menghabiskan waktu bersama diri saya saja, melakukan kembali hal-hal yang saya suka dan hal baru tanpa orang baru. Tidak menjadi wanita kesepian dan haus kasih sayang. Saya akan benar benar akan memeluk luka itu sendiri. 

Untuk saat ini, banyak hal yang terbatasi. Pengembangan diri dan mencapai tujuan baru tidak melulu mengais perhatian dan menuntut kehadiran. Kursus bahasa inggris, kursus menari, kursus orgen, mengikuti guru penggerak, mengikuti ppg dalam jabatan, hingga pertukaran guru ke korea atau finlandia. Saya akan menikmati dengan baik hidup yang sempat saya sia siakan. 

Untuk sekarang, saya akan berfokus pada diri. Dengan tetap memberikan cinta yang banyak untuk Reesa. 🤍


Jumat, 24 Mei 2024

akhir 27

​Jakarta, 23 Mei 2024

23.44


Kurang dari 20 menit usia 27 berakhir. Sudah banyak yang saya tulis dan hilang!! 🙃 

Tapi tak apa, sekarang saya lega sudah menuliskannya tapi hilang!!! 😭


Okok sekarang 15 menit di akhir usia 27 saya. 

Saya akan menceritakan secara ringkas apa yang saya dapatkan. Untuk diri saya yang selalu merasa terlalu cepat dan seharusnya masih bisa menikmati masa lajang karena sekitar saya masih pada asyik jalan-jalan dan menikmati kesendirian mereka, dan menyalahkan hidup yang orang lain inginkan. Dan merasa terbebani dengan kehidupan pernikahan serta menjadi ibu. Dua hari ini saya mencoba lebih untuk memprioritaskan diri saya, seperti dua hari ini saya bertemu teman, tanpa ada kehebohan hanya berbincang dan menikmati waktu sebagai Endang. Meminta bantuan ke orang tua dan suami untuk menjaga sebentar, mengambil beberapa jam dari waktu saya untuk menikmati diri saya. Entah itu berbincang dengan teman lama, berjalan jalan, atau bahkan hanya membaca buku. Melakukan hal yang saya suka untuk beberapa jam di waktu saya itu tak apa apa.  Setelahnya saya kembali siap menjadi ibu yang bahagia untuk Reesa dan istri yang bahagia untuk Wahyu. 


Walaupun pasti akan ada beberapa komentar untuk lebih memperhatikan anak, kasihan anak, tapi ini lebih baik. Karena diri saya juga butuh waktu dan butuh dikasihani. Tidak hanya anak. 


Dan sekarang 7 menit menjelang 28 di usia saya, selanjutnya akan lebih mengutamakan diri saya sendiri meminta bantuan dan tidak memaksakan untuk mengurangi stress yang akan timbul; bisa mengendarai mobil!!!! , lebih dekat dengan Allah dan rajin lagi ibadahnya; lebih dekat ke keluarga (tidak menuntut/memaksakan kehendak, lebih sabar) ; menjadi disiplin tidak terlambat (menggampangkan urusan orang lain); dan bersyukur!!!! 


Sekarang 4 menit sebelum usia 28, harus menikmati banyak hal. Kalau mau staycation sama teman boleh. Diri kamu lebih penting, ingat itu!!!

Dan yang terpenting, keluarga, Sifa, Ghina, Fidel, Vica, Intan. Dijaga  jangan ngomongin kejelekan orang. 


2 menit lagi menjelang 28, semoga semua yang saya miliki akan bertahan lama. Tidak ada yang diambil. Aamiin!! Saya harus menikmati segala riuh dan perayaan ini. 


Selamat atas hari lahirnya, Endang!! 🤍🤍🤍🤍



Kamis, 25 April 2024

semakin lama

​Jakarta, 25 April 2024

22.35


Satu-per-satu menikah. Dan sudah memulai hidupnya sendiri. Malam ini, satu teman saya mengirimkan undangan pernikahannya. Manusia yang akhirnya menemukan pasangannya. Begitupun saya. Dengannya saya menjadi diri sendiri, dan saya beruntung punya kamu, Mas. Kamu mengusahakan banyak hal untuk aku dan anakmu. Untuk segala kurang dan lebihnya, aku sayang kamu selamanya. 


Tapi, semakin lama saya menjalani kehidupan ini. Menjelang 28. Sudah 5 tahun saya resmi menjadi guru. Sudah 2 tahun terlewatkan saya menjadi istri. Dan sudah 1 tahun terlewatkan saya menjadi ibu. Semakin lama.. saya merasa semakin harus menutupi diri saya sebenarnya. Tautan blog yang saya sematkan, harus dihapus karena disini diri saya semuanya ada. Dan mereka tidak boleh tau. Kegiatan yang saya bagikan, malah menjadi bom waktu untuk manusia lain yang tidak suka untuk menjatuhkan. Tidak seperti sebelumnya, jika tidak suka ya sudah tidak usah diperdulikan. Tapi berbeda. Saya berada di lingkungan yang semuanya kaku dan rumit, tidak boleh salah sedikit. Tidak boleh salah bicara dikit. Ah saya jengah rasanya. 


Saat ini.. 

saya sedang berifikir, apakah sampah-sampah ini harus berhenti di tautkan ?!


Unggah aktivitas bahkan harus diperhitungkan, karena sudah tidak seaman dulu. Bahkan saya nyaman untuk tidak diperdulikan, daripada menjadi pusat perhatian seperti saat ini. Manusia yang tidak pernah menyaksikan aktivitas saya, tiba tiba menjadi pertama untuk menyaksikan. Dan semua membicarakan saya. Ah ini menakutkan hingga saat ini rupanya. 


Selasa, 23 April 2024

Endang.

​Jakarta, 23 April 2024

21.04

Hai, namaku Endang. Hanya disini saya masih baik-baik saja menyebutkan nama itu. Nama yang di esok pagi akan kembali bersembunyi, takut untuk tampak. Atas kejadian Jumat-Sabtu yang berakhir panjang dan.. memalukan.

Dia, yang bahkan tidak bisa saya sebut manusia dengan sengaja dan sadar menangkap layar status Instagram saya, yang saya akui itupun kelalaian saya. Dari 100 manusia yang melihat, ada 1 yang dengan sengaja dan jahatnya menangkap layar dan melaporkan di JAKI. Dalam sekejap, saat saya sedang membuat bubur untuk Reesa yang sedang tak enak badan, mendapat panggilan yang membuat saya harus segera ke sekolah. 

Bahkan sepanjang hari saya harus klarifikasi, dan menyaksikan orang lain kesusahan karena ulah saya yang gilaknya disebar luaskan. Guru-guru yang terlihat di foto, kepala sekolah, pengawas, kepala dinas, semua geger dan kalang kabut atas laporan ini. Bahkan saya harus menanggung sanksi sosial hingga saat ini. Malu jika bertemu manusia lain satu profesi (jangan jangan dia tau juga berita ini), untuk segala pertemuan dengan orang lain saya malu, bahkan untuk nama Endang yang dengan tai nya rasanya ingin diubah saja. 

Geram. Marah. Malu. Takut. Bahkan untuk manusia lain yang ingin tau ‘Endang yang mana ?’ Semua berkecamuk. Tidak menangis. Bahkan saya tidak menangis untuk masalah ini! Segala hal saya tangisi, bahkan untuk hal remeh pun saya tangisi. Ini tidak? Dan itu meresahkan! 

Puas Anda ?! Bahkan untuk status saya setelahnya Anda rekam layar dengan alasan manusia itu menanyakan kabar saya. Apakah itu alasan ?!

Dan semua menjadi tersebar pula setelahnya. Demi Tuhan. Saya memaafkan tapi tidak akan saya lupakan. Jangan berbahagia untuk setelahnya ! 

Oh iya, dulu hidup saya tentram dan baik-baik saja. 

Saya tidak suka capek, saya tidak suka pusing, ataupun hal yang mengganggu lainnya. Bahkan saya harus menonaktifkan sementara akun Twitter dan Tiktok saya. Semenakutkan itu. 





Rabu, 10 April 2024

capek

​Bojonegoro, 10 April 2024

21.45


Masa jadi ibu, masih nangis kayak anak kecil.

Masa jadi ibu, keinginannya harus diturutin semua.

Harus ngerti dong, malu sama anak.


Bahkan untuk janji kecil pun yang tidak jadi dilaksanakan, saya menangis sejadi nya. 

Harus mengerti, harus memahami, udah ada anak, udah jadi ibu, harus harus dan harus.


Menjadi semakin beban, semua jadi semakin berat. Menahan semua hal, lelah. Dari sebelum libur Lebaran kerja, saat pulkam, saat Lebaran, semua emosi yang ada dan harus ditahan. Diperbaiki, perbaiki, perbaiki semuanya! Dan gilanya saya malah menjadi seperti itu juga! Sial. 


Setelah hari ini, saya semakin yakin untuk satu dulu. Hingga kapan ? Hingga nanti, 5 tahun mungkin. Mental saya benar benar belum siap. Setelah ini, saya akan diam saja. Diam untuk semuanya. Semua hal yang dirasakan, akan saya diam, dan dan saya akan mencari pelarian emosi. 


Saya capek. Capek banget. 

Untuk segala tuntutan menjadi manusia baik, ibu baik, istri baik, menurut ibu, bapak, dan dewan guru, serta lingkungan, saya capek. 

Minggu, 24 Maret 2024

Gejolak

​Jakarta, 24 Maret 2024

22.14


Halo. Sepertinya saya harus sering menulis. Untuk meregulasi dan validasi perasaan saya yang akhir akhir ini kacau. Sangat kacau dan menjadi mudah marah. 


Sejak jadi ibu, mudah sekali saya emosi terutama marah. Seperti banyak hal yang sudah ditumpuk, dan keluar dengan marah. Lelah. Tertekan. Tidak ada dukungan, malah disalahkan dan dipojokkan.


Sejak Senin- Rabu kemarin Reesa demam 39’, di hari Kamis masukin obat dari dubur dan dicek lab. Trombosit turun, hari Jumat dirujuk ke IGD. Hingga malam ini, masih di rawat inap. 


Nyeri perut karena haid hari pertama, tekanan dari ibu yang menasihati tapi saya yang kembali marah dan merasa disalahi. Segala koreksi setiap datang kemari. Tidak nanya kabar atau keadaan saya. Saya tidak butuh nasehat, bahkan di saat seperti ini. Saya butuh dipeluk, dan diperhatikan. Seorang ibu yang masih butuh perhatian ibunya. Bukan perhatian nenek pada cucu nya. 


Omongan dari orang-orang anaknya sakit terus, gabisa rawat anak, yang tai omongannya. Tidak membantu setidaknya doakan saja, malah sekali lagi menghakimi. Guru guru ini senang sekali menghakimi dan menganggap dirinya dewa. 


Anaknya ceria dan tidak merepotkan, sangat tegar dan kuat. Cuma keras kepala dan mudah bosan an. Mamanya yang engga sabaran. Seringkali saya merasakan bersalah, setelah tadi hanya berdua Reesa dan dia tidak bisa diam sambil terpasang infus. Sering kelilit hingga darah naik ke selang. Mama marah. Dan Reesa tetap melakukan. Akhirnya mama yang tantrum. Setelah itu, mama nya merasa menyesal kenapa tidak bisa lebih sabar. 


Menjaga agar Reesa tidak ada luka batin, tapi nanti ternyata saya yang menciptakan sendiri. Ekspektasi orang orang harus bisa merawat ajak dengan baik, dan tekanan dari orang tua, membuat emosi saya yang tidak boleh dikeluarkan karena itu adalah durhaka. Sekalinya dikeluarkan dan dijawab, tetap salah. Akhirnya mama yang melampiaskan ke Reesa. Harusnya gaboleh gitu, tapi ternyata seperti itu. 


Sekarang saya merasa kebingungan dan merasa tak pantas jadi orang tua. Belum pantas, harusnya nanti saja punya anaknya (?) 



Jumat, 26 Januari 2024

Tak Enak

Jakarta, 26 Januari 2024
12.33

Merasa tak enak siang ini, karena lelah, panas, atau perasaan yang tak karuan.
Akal saya berkelana,  rasa saya berantakan. Semua menjadi meresahkan.
Sejak kemarin tak ada penjelasan, dan sekarang tak ada balasan. Sial. Seenaknya saja. Bikin tak enak kan perasaan seharian!

Selasa, 16 Januari 2024

Selanjutnya

​Jakarta, 16 Januari 2023

23.37


Selanjutnya..

Setelah semua sudah terjadi tidak ada yang perlu saya sesali dan salahi. Tidak ada gunanya juga jika menyalahi keadaan dan mereka. Selanjutnya, dari saya yang akan memperbaiki agar tidak menjadi trauma dan orang tua yang meninggalkan luka untuk Reesa. 


Apa yang saya inginkan ?

Apa yang salah selama ini ?


Bahkan menjadi ibunya saya hanya bisa marah, menangis, dan memaksa. Wahyu yang akhirnya bisa menidurkan. Saya yang mengeluh dan marah, hal yang saya hindari tapi ternyata saya sendiri yang mencipta luka Reesa. 



Note : Saya ingin diajak berbicara duluan, ditanya baik baik. 


 Bahkan saya tau, nasehat seperti apa jika saya bercerita. ‘Kamu harusnya bersyukur…’

‘Banyak yang kurang beruntung..’ 

‘Banyak yang mau posisi kamu..’

‘Kurang ibadah..’




Belum Siap atau Tidak Bersyukur ?

​Jakarta, 16 Januari 2024

23.00


Selama ini saya berfikir bahwa banyak hal yang memberatkan harus dihadapi, selama ini saya berfikir tidak kuat, lemah, tidak baik, untuk hidup berumah tangga. Ternyata saya yang belum siap. Belum siap menikah atau bahkan belum siap menjadi ibu? Semua terasa sangat berat.


Setiap bertemu, bukannya menguatkan malah semakin melemahkan. “Harus jaga diri, perhatiin suami, nanti amit amit berpaling.” “Rebahan aja, kasihan main sendiri.” “Ngapain aja main hp? Kalau *** balesin Chat kerjaan.” “Emang engga pernah bantuin ?” 

Hingga akhirnya dari mulutnya memper mempermtanyakan saya “belum siap menikah.” Dan apakah benar sepertinya ? Bahwa dari kepedulian saya pada Reesa, Wahyu yang menjadi berat karena ini ? Atau karena komentarnya yang Sangat. Tidak. Membantu. Sama. Sekali.


Bahkan saya bisa merasa senang sendiri, egois sekali. Bahkan pergi tanpa Reesa terasa lebih menyenangkan, jahat sekali. Dan pergi bersama Reesa merepotkan, kejam sekali. 


Seandainya bukan di usia 25, seandainya tidak langsung hamil, seandainya menjadi lebih teguh untuk menjelajah banyak hal, melawan saat dilarang bepergian, menyelesaikan semuanya hingga puas, apa akan berubah lebih baik? Menjadi istri dan ibu yang sudah siap mental dan emosi?


Bahkan saya menciptakan roda yang sama, hal yang paling tidak ingin terjadi ke anak saya dan perlahan saya malah menciptakan sendiri. 


Hari ini, saya menjadi jahat. Emosi tidak stabil, lelah setelah Reesa sakit dan kurang tidur kemarin. Malam ini segala drama tidak mau tidur hingga pukul 23.34. Meledakkan emosi dan tangis saya. Wahyu yang juga menjadi kesal, dan saya tau ini sangat menyebalkan. 



Hidup di Jakarta Akhir akhir ini

Jakarta, 10 Juli 2025 17.22 Hidup di Jakarta akhir-akhir ini kenapa menjadi seperti ini. Udara yang semakin memburuk membuat saya malah terk...