01.15
Hai seharusnya aku sudah terlelap. Malam terlalu gelap untuk membuatku terjaga. Rasa letih lebih berkuasa, tapi apa daya jika rasa ingin segera bercerita.
Sampai kapan ?
Entah, fikirku selalu bertanya seperti itu. Menuntut untuk segera diberi pernyataan. Berkali kuberikan jawaban, tapi bukan pernyataan. Jika itu pernyataan, aku sudah dapat memberi kepastian dari pertanyaan "sampai kapan?"
Sampai kapan? Ia memanggilmu kapten. Dan aku? Panggil saja kamu Tuan. Dua panggilan ditujukan untuk satu orang dan masalah yang sama. "Sampai kapan aku akan berhenti memanggilmu, Tuan?" Dan sampai kapan ia terhenti memanggilmu kapten ? Sampai kapan kita akan berdamai dengan semuanya. Dengan keadaan yang memaksa aku dan kamu melangkah berjauhan.
Sampai kapan ? Ia akan merapuh seperti itu. Aku merasa.. Ia akan melangkah terlalu payah untuk melupakannya. Melupakan kaptennya. Mungkin yang mengerti hanya kita, tiga rangkaian membentuk segitiga. Ya jika ia membaca tentunya.
Kau tau? Walau aku tak mampu memastikan, kapan akan kuberi pernyataan dari tanya itu. Ya dari pertanyaan "sampai kapan?" Setidaknya kini.. Aku belajar ikhlas.
Ya, aku mempelajari kembali dan berulang kali arti ikhlas itu.
Kini kulebih mengerti, sudah saatnya aku harus berhenti. :)
Endang Rachmawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beerkomentarlah dengan bijak